SABO adalah istilah yang berasal dari Jepang yang terdiri dari kata SA yang berarti pasir (sand) dan BO yang berarti penanggulangan (prevention).
Jadi kata SABO mempunyai arti: Penanggulangan bencana yang diakibatkan pergerakan tanah atau sedimen yang dibawa oleh aliran air. Kata SABO diusulkan oleh seorang ahli konservasi dari Amerika Serikat, yang bernama Dr. Lowdermilk pada kunjungannya ke Jepang pada tahun 1951.
Pergerakan tanah oleh aliran air atau erosi telah menyebabkan masalah besar karena telah banyak menimbulkan kerusakan, sehingga beberapa negara melaksanakan penanggulangan guna mengatasinya, seperti:
PERANCIS
Pada tahun 1718 diperkenalkan undang-undang pencegahan perusakan hutan dan gunung dengan istilah Restoration des Montagnes selanjutnya disebut sebagai Correcto et Reboisment. Dari sinilah kegiatan sabo mulai diperkenalkan di Eropa.
AUSTRIA
Pada tahun 1882 terjadi banjir besar di Austria, kemudian pemerintahnya mulai mengembangkan sabo di daerah pegunungan Alpen dengan istilah Wildbach Verbauung.
SWISS
Sabo kemudian juga dikembangkan di negeri Swiss dan pekerjaan ini ditujukan untuk usaha pencegahan tanah atau salju yang longsor dan disebut dengan istilah Lawinen Verbauung.
JEPANG
Di negeri ini sabo mulai dikembangkan pada jaman Meiji tahun 1873 yang dimulai dengan terbitnya Undang-Undang Sabo di daerah sungai Yodo di Pulau Honsyu.
INDONESIA
Di Indonesia teknik sabo diperkenalkan pertama kali oleh seorang tenaga ahli Jepang, Mr. Tomoaki Yokota pada tahun 1970, untuk menangani masalah banjir lahar di daerah vulkanik, yaitu Gunung Merapi, Gunung Kelud dan Gunung Agung. Lalu di Gunung Semeru dan Gunung Galunggung yang meletus kemudian. Di samping itu juga untuk menangani masalah erosi dan sedimentasi di daerah non-vulkanik di beberapa daerah di luar Jawa.
FUNGSI SABO
Secara umum sabo dapat berfungsi untuk berbagai keperluan, seperti:
- Melindungi manusia dan tempat tinggal beserta harta kekayaan mereka dari gangguan bencana alam yang diakibatkan oleh erosi dan aliran sedimen.
- Memelihara kelestarian alam dan lingkungannya.
- Melindungi daerah perkotaan, pedesaan serta bangunan-bangunan dan fasilitas umum dari bencana yang diakibatkan oleh aliran sedimen.
- Dapat membantu pengembangan daerah melalui pemanfaatan bangunan sabo secara serba guna.
Di Indonesia sabo telah diterapkan pada berbagai keperluan, seperti:
- Pengendalian lahar akibat letusan gunung api.
- Pengendalian erosi di hutan dan daerah-daerah pertanian.
- Pencegahan terhadap longsoran atau tanah runtuh.
Sumber :
artikel Perum Jasa Tirta 1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar