Mengambil keputusan itu tidak selalu
menunggu sebuah kesiapan, tetapi keberanian untuk terus mempersiapkan. Karena
persiapan itu proses memperbaiki yang tak pernah henti. Dan keputusan itu suatu
yang dinanti. Berani menerima atau mengikhlaskan, yang jelas jangan sampai menggantungkan.
Pilihlah keputusan yang mendekatkan
kita pada Nya. Mohonloh petunjuk pada Sang Maha Pemberi Petunjuk, berbincanglah
mesra dengan Nya di sepertiga malam. Seperti kita ingat kawan di Quran Surat Al
Fatihah Ayat 6-7 :
“Tunjukillah
kami jalan yang lurus, (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat
kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka
yang sesat”
Yakinlah akan keputusan yang kita
pilih, keputusan berdasarkan petunjuk Nya. .
Lillah.. Billah.. Fillah..
(Karena Allah, dengan Pertolongan
Allah dan di atas Syariat Allah)
Rezeki,
jodoh dan kematian adalah sesuatu yang pasti, Jangan ragukan yang sudah pasti,
seperti firmal Allah :
“Barangsiapa
yang bertawakal kepada Allah, maka Allah akan menunjukan kepadanya jalan keluar
dari kesusahan. Dan diberikan Nya rezeki dari jalan yang tidak di
sangka-sangka, dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan
mencukpkan keperluanya.”(QS
At Talaq;2-3)
Keputusan yang kita ambil
berdasarkan Petunjuk Nya adalah keputusan yang terbaik untuk kita, namun sering
dijumpai keputusan yang kita ambil dipandang tidak baik untuk orang lain,
bagaimana menyikapinya kawan ? yuuk kita tengok kisah nasihat Luqman Al-Hakim kepada anaknya . .
Dalam
sebuah riwayat dikisahkan bahwa pada suatu hari Luqman al-Hakim bersama anaknya
pergi ke pasar dengan menaiki seekor himar
(keledai). Ketika itu
Luqman naik di punggung himar
sementara anaknya
megikuti di belakangnya dengan berjalan kaki. Melihat tingkah laku Luqman itu,
ada orang yang berkata, “Lihat itu orang tua yang tidak merasa kasihan kepada
anaknya, dia enak-enak naik himar sementara anaknya disuruh berjalan kaki.”
Setelah mendengarkan gunjingan orang-orang, maka Luqman pun turun dari himarnya
itu lalu anaknya diletakkan di atas himar
tersebut. Melihat
yang demikian, maka orang di pasar itu berkata pula, “Hai,
kalian lihat itu ada anak yang kurang ajar. Orang tuanya disuruh
berjalan kaki, sedangkan dia enak-enaknya menaiki himar.”
Setelah
mendengar kata-kata itu, Luqman pun terus naik ke atas punggung himar itu bersamasama dengan anaknya. Kemudian orang-orang juga
ribut menggunjing, “Hai teman-teman, lihat itu ada dua orang menaiki seekor himar. Kelihatannya himar
itu sangat tersiksa,
kasihan ya.”Oleh karena tidak suka mendengar gunjingan orang-orang, maka Luqman
dan anaknya turun dari himar
itu, kemudian
terdengar lagi suara orang berkata, “Hai, lihat itu. Ada dua orang berjalan
kaki, sedangkan himar
itu tidak dikenderai.
Untuk apa mereka bawa himar
kalau akhirnya tidak
dinaiki juga.”
Ketika
Luqman dan anaknya dalam perjalanan pulang ke rumah, Luqman al-Hakim menasihati
anaknya tentang sikap orang-orang dan keusilan mereka tadi. Luqman berkata,
“Sesungguhnya kita tidak bisa terlepas dari gunjingan orang lain.” Anaknya
bertanya, “Bagaimana cara kita menanggapinya, Ayah?” Luqman meneruskan
nasihatnya, “Orang yang berakal tidak
akan mengambil pertimbangan melainkan hanya kepada Allah Swt. Barang siapa
mendapat petunjuk kebenaran dari Allah, itulah yang menjadi pertimbangannya
dalam mengambil keputusan.”
Semoga
kisah di atas dapat menjadikan pelajaran untuk kita, agar selalu meminta
petunjuk Nya dalam setiap mengambil keputusan, dan keputusan yang telah kita
ambil berdasarkan petunjuk Nya adalah yang terbaik menurut Nya untuk kita.
Selamat
ber-istikharah kawan, dalam segala pertimbangan dan keputusan yang akan kita
ambil ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar