navigasi

Selasa, 24 Maret 2015

Keputusan



Mengambil keputusan itu tidak selalu menunggu sebuah kesiapan, tetapi keberanian untuk terus mempersiapkan. Karena persiapan itu proses memperbaiki yang tak pernah henti. Dan keputusan itu suatu yang dinanti. Berani menerima atau mengikhlaskan, yang jelas jangan sampai menggantungkan.


Pilihlah keputusan yang mendekatkan kita pada Nya. Mohonloh petunjuk pada Sang Maha Pemberi Petunjuk, berbincanglah mesra dengan Nya di sepertiga malam. Seperti kita ingat kawan di Quran Surat Al Fatihah Ayat 6-7 :

“Tunjukillah kami jalan yang lurus, (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat”

Yakinlah akan keputusan yang kita pilih, keputusan berdasarkan petunjuk Nya. .

Lillah.. Billah.. Fillah..
(Karena Allah, dengan Pertolongan Allah dan di atas Syariat Allah)

Rezeki, jodoh dan kematian adalah sesuatu yang pasti, Jangan ragukan yang sudah pasti, seperti firmal Allah :

“Barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, maka Allah akan menunjukan kepadanya jalan keluar dari kesusahan. Dan diberikan Nya rezeki dari jalan yang tidak di sangka-sangka, dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukpkan keperluanya.”(QS At Talaq;2-3)

Keputusan yang kita ambil berdasarkan Petunjuk Nya adalah keputusan yang terbaik untuk kita, namun sering dijumpai keputusan yang kita ambil dipandang tidak baik untuk orang lain, bagaimana menyikapinya kawan ? yuuk kita tengok kisah nasihat Luqman Al-Hakim kepada anaknya . .

Dalam sebuah riwayat dikisahkan bahwa pada suatu hari Luqman al-Hakim bersama anaknya pergi ke pasar dengan menaiki seekor himar (keledai). Ketika itu Luqman naik di punggung himar sementara anaknya megikuti di belakangnya dengan berjalan kaki. Melihat tingkah laku Luqman itu, ada orang yang berkata, “Lihat itu orang tua yang tidak merasa kasihan kepada anaknya, dia enak-enak naik himar sementara anaknya disuruh berjalan kaki.” Setelah mendengarkan gunjingan orang-orang, maka Luqman pun turun dari himarnya itu lalu anaknya diletakkan di atas himar tersebut. Melihat yang demikian, maka orang di pasar itu berkata pula, “Hai, kalian lihat itu ada anak yang kurang ajar. Orang tuanya disuruh berjalan kaki, sedangkan dia enak-enaknya menaiki himar.”

Setelah mendengar kata-kata itu, Luqman pun terus naik ke atas punggung himar itu bersamasama dengan anaknya. Kemudian orang-orang juga ribut menggunjing, “Hai teman-teman, lihat itu ada dua orang menaiki seekor himar. Kelihatannya himar itu sangat tersiksa, kasihan ya.”Oleh karena tidak suka mendengar gunjingan orang-orang, maka Luqman dan anaknya turun dari himar itu, kemudian terdengar lagi suara orang berkata, “Hai, lihat itu. Ada dua orang berjalan kaki, sedangkan himar itu tidak dikenderai. Untuk apa mereka bawa himar kalau akhirnya tidak dinaiki juga.”

Ketika Luqman dan anaknya dalam perjalanan pulang ke rumah, Luqman al-Hakim menasihati anaknya tentang sikap orang-orang dan keusilan mereka tadi. Luqman berkata, “Sesungguhnya kita tidak bisa terlepas dari gunjingan orang lain.” Anaknya bertanya, “Bagaimana cara kita menanggapinya, Ayah?” Luqman meneruskan nasihatnya, “Orang yang berakal tidak akan mengambil pertimbangan melainkan hanya kepada Allah Swt. Barang siapa mendapat petunjuk kebenaran dari Allah, itulah yang menjadi pertimbangannya dalam mengambil keputusan.”

Semoga kisah di atas dapat menjadikan pelajaran untuk kita, agar selalu meminta petunjuk Nya dalam setiap mengambil keputusan, dan keputusan yang telah kita ambil berdasarkan petunjuk Nya adalah yang terbaik menurut Nya untuk kita.

Selamat ber-istikharah kawan, dalam segala pertimbangan dan keputusan yang akan kita ambil ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar