navigasi

Jumat, 17 Februari 2012

my first planing pkm-p


A.      JUDUL
Pemanfaatan Sisa Beton yang Tidak Terpakai sebagai Material Agregat Pembuatan Beton yang Baru

B.       LATAR BELAKANG
Sisa beton yang tidak terpakai merupakan salah satu masalah dalam pekerjaan kontruksi yang berdampak pada lingkungan sekitar. Pada saat ini sisa beton hanya digunakan sebagai bahan tanah urug saja. Padahal sisa beton yang tidak terpakai ini masih dapat dipergunakan untuk material kontruksi yang memberikan. Sisa beton yang telah rapuh dan tidak terpakai dapat dijadikan material dalam pekerjaan kontruksi agar material sisa beton tersebut tetap memiliki nilai guna lebih.
Beton yang digunakan sebagai struktur dalam kontruksi teknik sipil, dapat dimanfaatkan untuk banyak hal. Dalam teknik sipil, struktur beton digunakan untuk bangunan pondasi, kolom, balok, pelat, atau pelat cangkang. Dalam teknik sipil hidro, beton digunakan untuk bangunan air seperti bending,bendungan, saluran, dan drainase perkotaan. Betonn juga digunakan dalam teknik sipil transportasi untuk pekerjaan rigid pavement (lapis keras permukaan yang kaku), saluran samping, gorong-gorong, dan lainya. Jadi , beton hamper digunakan dalam semua aspek ilmu teknik sipil. Artinya, semua struktur dalam teknik sipil akan menggunakan beton, minimal dalam pekerjaan pondasi.Oleh karena itu beton dengan mutu yang baik dan hemat biaya sangat di butuhkan untuk pekerjaan kontruksi.
C.           PERUMUSAN MASALAH
  Berkaitan dengan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, akan diteliti pemanfaatan sisa beton yang tidak terpakai sebagai tambahan material pada bahan dasar pembentukan beton. Maka, perumusan masalah dari penelitian ini yaitu :
1.      Bagaimana pengaruh sisa beton yang tidak terpakai terhadap campuran beton?
2.      Berapa presentase sisa material beton yang baik digunakan sebagai bahan dasar campuran beton ?
3.      Berapa besar efisiensi biaya pembutan dengan penambahan sisa beton yang tidak terpakai pada campuran beton ?

D.                TUJUAN
            Tujuan dari penelitian ini antara lain:
1.         Menggunakan potensi sisa beton yang tidak terpakai secara optimal.
2.         Mengurangi sisa beton yang tidak terpakai terhadap dampak lingkungan.
3.         Melakukan pengembangan terhadap material beton.
4.         Mengefisienkan biaya pembutan.
5.         Menambah mutu beton .

E.                 LUARAN YANG DIHARAPKAN
1.      Pemahaman tentang komposisi campuran beton yang baik.
2.      Menghasilkan material konstruksi ringan yang memiliki kekuatan dan kekakuan yang cukup.
3.      Menghasilkan material kontruksi yang hemat biaya.
4.      Menghasikan material konstruksi yang ramah lingkungan sekaligus memanfaatkan sumber daya tak terprediksi yaitu sisa beton yang tidak terpakai .

F.                 KEGUNAAN
Kegunaan penelitian dilakukannya penelitian ini, antara lain :
1.         Diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi ilmiah terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang rekayasa struktur bangunan, terutama pada pengembangan beton.
2.         Menggali potensi ekonomis sisa beton yang tidak terpakai sebagai bahan tambahan  beton.
3.         Diharapkan dapat memberikan solusi dari permasalahan sisa beton yang tidak terpakai baik dari segi lingkungan maupun ekonomi.

G.                TINJAUAN PUSTAKA
Beton merupakan fungsi dari bahan penyusu yang terdiri dari bahan semen hidraulik (Portland cement), agregart kasar, agregat halus, air, dan bahan tambah (admixture atai additive). Untuk mengetahui dan memepelajari perilaku elemen gabungan (bahan-bahan penyusun beton), kita memerlukan pengetahuan mengenai karakteristik masing-masing komponen. Nawy (1985:8) mendefinisikan beton sebagai sekumpuan interaksi mekanis dan kimiawi dari material pembentuknya. Dengan demikian, masing-masing komponentersebut perlu dipelajari sebelum mempelajari beton secara keseluruhan. Perencana(engineer) dapat mengembangkan pemilihan material yang layak komposisinya sehingga diperoleh beton yang efisien, memenuhi kekuatan batas yang disyaratkan oleh perencana dan memenuhi persyaratan serviceability yang dapat diartikan juga sebagai pelayanan yang handal dengan memenuhi criteria ekonomi.
Parameter-parameter yang paling memepengaruhi kekuatan beto adalah:
a.)    Kualitas semen
b.)    Proporsi semen terhadap campuran
c.)    Kekutan dan kebersihan agregat
d.)   Interaksi adhesi antara pasta semen dengan agregat
e.)    Pencampuran yang cukup dari bahan-bahan pembentu beton
f.)     Penempatan yang benar, penyelesaian dan pemadatan beton
g.)    Perawatan beton
Beton yang telah dibuat dan menjadi sebuah struktur, harus dirawat selama usia strukturnya. Tindakan perawatan ini dimaksudkan untuk menjamin tercapainya usia ekonomi struktur tersebut. Salah satu sifat yang penting dri beton adalah keawetanya, yakni mampu menahan serangan (pengaruh) kimi dan fisika serta mekanis (ductility) . Contohnya antara lain :
1.      Tahan terhadap korosi dan serang air (dibandingkan dengan baja)
2.      Tah terhadap api ( dibandingkan dengan baja)
3.      Tahan terhadap beban kejut dan gempa (dapat berprilaku daktail)
4.      Tahan terhadap perubahan suhu (susut karena suhu kecil sekali)
Keawetan yang baik didapat jika perencanaan,pelaksanaan dan perawatan beton pada struktur dilakukan dengan baik.Keawetan struktur beton selama masa pelaksanaan masih tetap memerlukan jaminan pengawasan pelaksanaanya, agar beton tidak menimbulkan kerusakan pada kondisi normal selama umur rencana. Namun demikian, kadangkala beton dapat rusak selama masa umur rencananya. Kerusakan0kerusakan tersebut menjadi akibat pengaruh mekanis,fisika dan kimia. Untuk itu perlu di ambil langka0langkah pencegahan.Contoh kerusaka0kerusakan pada beton yang mengakibatkan beton tersebut tidak berfungsi dan tidak terpakai:
1.      Kerusakan akibat pengaruh mekanis
Pengaruh mekanis yang paling umum adalah gempa. Beton harus direncanakan agar dapat berprilaku daktail (mempunyai sifat daktalitas)Variasi kerusakan yang timbul dapat berupa goresan-goresan (retak rambut) akibah pengaruh bahan dan getaran yang kecil, ledakan atau gempa bersakala tinggi hingga menyebabkan kerusakan hancur pada kontruksi bangunan. Dimana akibat kerusakan tersebut akan menjadikan jumlah beton yang tidak terpakai menjadi bertambah.Untuk menghindari hal tersebut , maka dalam perencanaan harus direncanakan dengan mengikuti ketentuan yang tertuang dalam SK.SNI.T-15-1991-03 mengenai tata cara perencanaan bangunan gedung.
2.      Kerusakan akibat pengaruh fisika
Kerusakan ini akibat pengaruh temperature yang dapat menimbulkan kehilangan panas hidrasi dan kebakaran. Kerusakan lainya akibat waktu dan suhu misalnya creep dan crack serta penurunan yang tidak sama pada tanah dasarnya. Kerusakan ini dapat meneybabkan bangunan menjadi rubuh. Dengan demikian beton yang rubuh menjadi tidak berfungsi lagi.
3.      Kerusakan akibat pengaruh kimia
Kerusakan ini umumnya paling banayk muncul pada struktur beton. Kerusakan ini berkaitana langsung dengan struktur dan lingkunagn setempat, misalnya , akibat korosi, tingkat keasaman yang tinggi dan lainya. Kerusakan yang terjadi pada beton ini dapat menjadikan beton mengalami penurunan mutu dan beton tersebut menjadi tidal layak pakai
H.             METODE PELAKSANAAN
Diagram Alir Penelitian :
  Gambar 8.1 Diagram alir kegiatan

Proses Pembuatan Beton dengan Campuran Sisa Beton
1.      Pengambilan Sisa Beton
Pengambilan sisa beton yang tidak terpakai dilakukan di bebeapa titik.
a.       Pengambilan sisa beton yang tidak terpakai pada bangunan air
Pada titik yang pertama ini, pengambilan sisa beton berada di daerah Waduk Kedung Ombo dan Pelabuhan Tanjung Mas . Sisa beton yang tidak terpakai di daerah Waduk Kedung Ombo dan Pelabuhan Tanjung Mas  memiliki sifat yang berbeda dengan beton bangunan gedung, karena pada daerah tersebut beton dipengaruhi oleh sifat air yang asam.
b.      Pengambilan sisa beton yang tidak terpakai pada bangunan gedung
Pada titik yang kedua ini,pengambilan sisa beton berada di daerah proyek gedung (gedung suara merdeka) dan proyek perumahan (perumahan bsb).
c.       Pengambilan sisa beton yang tidak terpakai pada bangunan bertemperatur tinggi
Pada titik yang ketiga ini, pengambilan sisa beton berada di daerah gunung merapi. Pengambilan dilakukan di daerah gunung merapi karena daerah tersebut terdapat banyak sisa beton yang runtuh akibat di terjang awan panas yang bertemperatur tinggi.
2.      Pengelompokan Beton Menurut Asalnya
Karena tiap beton yang diambil dari ketiga titik tersebut memiliki sifat yang berbeda, maka sebelum memasuki proses selanjutnya sisa beton yang telah di ambil di kelompokan menjadi 3, yaitu:
(i)                 Sisa beton akibat pengaruh mekanis
(ii)               Sisa beton akibat pengaruh suhu
(iii)             Sisa beton akibat pengaruh kimia
3.      Penghancuran Sisa Beton Secara Manual
Tidak semua sisa beton yang tidak terpakai berbentuk hancur, sebagian masih ada yang berbentuk utuh beton dan bahkan sudah menjadi pasir. Oleh karena itu beton yang telah diambil kita hancurkan terlebih dahulu secara manual. Agar sisa beton yang masih utuh dapat hancur menjadi agregat halus dan agregat kasar.
4.      Penyaringn Sisa Beton
Setelah dihancurkan secara manual sisa beton tersebut kita saring menggunakan saringn 5 mm (#4). Besar butir sisa beton yang lolos saringan 5 mm termasuk agregat halus , sedangkan sisa beton yang tertahan saringan 5 mm termasuk dalam agregat kasar.
5.      Pemeriksaan Agregat Halus dan Agregat Kasar
a.       Pemeriksaan agregat halus
·         Percobaan kadar air dan berat isi agregat halus
a.   Meletakkan cawan diatas timbangan kemudian timbangan diposisikan pada posisi nol (berat cawan di nol kan)
b.   Memasukkan agregat halus asli ke dalam cawan dan menimbang beratnya (W1 = 500 gr)
c.    mengeringkan agregat halus asli beserta cawan di dalam oven dengan suhu 110+50C sampai berat tetap selama 24 jam.
d.   Menimbang agregat halus beserta cawan yang telah dikeringkan (W2 = 481 gr) .
e.   Berat air agregat halus asli dihitung yaitu W1 – W2 (500 – 481 = 19 gr)
·         Percobaan berat jenis agregat halus
a.    Kita menimbang agregat halus dalam keadaan SSD begitu pula agregat asli seberat 500 gram (A), kemudian dimasukan ke dalam pikometer atau gelas ukur
b.   Memasukan air bersih mencapai 90% isi piknometer kemudian diputar sambil di guncang sampai tidak terlihat gelembung udara di dalamnya
c.    Lalu menambahkan agregat yang ada pada piknometer kemudian di tambah air bersih hingga batas air menunjukan air 500 ml (B)
d.   Menimbang air bersih 500 ml (B)
e.   Menimbang piknometer berisi air dan benda uji (C)
f.     Menghitung volume benda uji dengan perumusan sebagai berikut :
     
g.    Berat jenis agregat halus  
h.   Penyerapan agregat halus = A – B2
                   
b.      Pemeriksaan agregat kasar
·         Percobaan Keausan agregat kasar
a.    Mengambil benda uji yang akan diperiksa lalu dicuci sampai  bersih
b.   Mengeringkan benda uji dalam oven selama 24 jam pada suhu 1100C sampai berat tetap
c.    memisahkan agregat sesuai kelompoknya lalu campur sesuai kombinasi sampai berat total 5000 gram (saringan 12,7 : 9,5)
d.   Menghidupkan power mesin, lalu memutar drum dengan menekan tombol insking sehingga tutupnya mengarah ke atas, membuka tutupnya, memasukkan agregat yang telah dicampur
e.   memasukkan bola baja 11 buah, kemudian ditutup rapat
f.     mengatur pusaran sampai 500 pada konter, menghidupkan mesin hingga drum berputar sampai 500 kali dan akhirnya akan berhenti
g.    memasang talang bawah
h.   membuka tutup drum, lalu menumpahkan isi drum itu ke talang
i. menyaring agregat dengan saringan no. 12 dan agregat yang tertahan dicuci
j.mengeringkan agregat didalam oven 1100C selama 24 jam
k.    menimbang berat kering (B gram)

·         Percobaan kadar air dan berat isi agregat kasar
a.       Cawan ditimbang beratnya (W1)
b.      Benda uji dimasukkan ke dalam cawan dan ditimbang beratnya (W2)
c.       Benda uji (tanpa cawan) dihitung beratnya (W3 = W2 – W1)
d.      Benda uji beserta cawan dikeringkan dengan oven dengan suhu 110 + 50C sampai beratnya tetap
e.      Benda uji beserta cawan yang telah kering oven ditimbang beratnya (W4)
f.        Benda uji kering oven ditimbang beratnya (W5 = W4 – W1)
·                     Percobaan berat jenis agregat kasar
a.       Mencuci benda uji untuk menghilangkan debu atau bahan-bahan lain yang melekat pada permukaan agregat kasar
b.      Mengeringkan benda uji pada oven dengan suhu (110 + 5)0C sampai berat tetap
c.       Mendinginkan dalam desikator, kemudian timbang massanya
d.      merendam benda uji dalam air, lalu buat kering permukaan (SSD), untuk butiran besar pengeringan dengan lap harus satu per satu
e.      Timbang massa benda uji dalam keadaan jenuh air permukaan
f.        Benda uji dimasukkan kedalam bejana gelas, dan tambah air sehingga benda uji terendam permukaan air
g.       Menimbang bejana yang berisi agregat dan air
h.      Membersihkan bejana dari benda uji dan masukkan lagi air sampai permukaannya ada pada tanda batas, lalu ditimbang beratnya.
6.      Pengelompokan Agregat yang Memenuhi Syarat
a.       Pemeriksaan agregat halus

7.      Perencanaan Perbandingan Material yang Digunakan untuk Campuran Beton
Perencanaan campuran bahan-bahan untuk mendapatkan beton dengan mutu yang dikehendaki dan sesuai dengan lingkungan dimana beton itu akan di gunakan .Pada tahap perencanaan ini di bagi menjadi 3, yaitu :
1.      Perencanaan menggunakan agregat dari sisa beton akibat pengaruh mekanis
Bahan
Prosentase
Semen

Air

Pasir

Kerikil

Agregat halus tambahan

Agregat kasar tambahan

2.      Perencanaan menggunakan agregat dari sisa beton akibat pengaruh suhu.
Bahan
Prosentase
Semen

Air

Pasir

Kerikil

Agregat halus tambahan

Agregat kasar tambahan

3.      Perencanaan menggunakan agregat dari sisa beton akibat pengaruh kimia.
Bahan
Prosentase
Semen

Air

Pasir

Kerikil

Agregat halus tambahan

Agregat kasar tambahan


8.      Pembuatan Adonan Beton dan Slump Test
a.       Ambil semen pasir kerikil dengan perbandingan yang telah di tentukan
b.      Timbanglah berat masing-masing bahan dalam gram
c.       Masukkan bahan-bahan tersebut dalam mixer dengan urutan :air semua, semen semua kemudian disusul dengan pasir sebagian dan kerikil sebagian selang seling hingga habis
d.      Menuangkan adukan ke dalam loyang/bak pengaduk setelah homogen
e.      Memasukkan campuran tersebut kedalam slump test secara bertahap sebanyak tiga lapisan dengan ketinggian sama. Setiap lapisan ditusuk dengan cara menjatuhkan secara bebas tongkat baja Ø 16 mm, panjang 60 cm setinggi 50 cm sebanyak 25 kali untuk setiap lapisannya
f.        Membiarkan adukan selama 30 detik setelah bidang atas dari kerucut abrams diratakan, sambil menunggu bersihkan sia-sisa kotoran yang ada di sekitar kerucut abrams tadi.
g.       Mengangkat kerucut pelan-pelan secara vertikal. Setelah itu mengukur penurunan tinggi puncak pengukuran minimal dilakukan pada tiga tempat dan dibuat rata-rata
h.      Dari hasil pengukuran ini dapat dihitung nilai slump yang menunjukkan kekentalan adukan


9.      Mencetak Beton dan Perawatan Beton Saat Pengerasan
a.      Menyiapkan cetakan beton silinder dan kubus yang bagian dalamnya sudah diolesi vaselin/oli
b.      Memasukkan adukan beton ke dalam cetakan dengan pengisian dilakukan dalam tiga lapis, tiap lapisan kurang lebih 1/3 volume
c.       Menusuk setiap lapisan sebanyak 21 kali (menurut ASTM), cara penusukan seperti pada percobaan slump test hingga lapis terakhir
d.      Meratakan bagian atas cetakan dengan adukan beton tadi dan beri kode kelompok dan tanggal pembuatan
e.      Membiarkan selama 24 jam setelah itu buka cetakan lalu rendam sampel beton tersebut kedalaman air hingga umur beton yang dikehendaki atau sampai saat akan dilakukan pengujian kuat tekannya
10.  Pemeriksaan Beton
Pengujian kuat tekan pada beton bisa dilakukan pada umur 3,7,14,21 atau 28 hari, atau sesuai petunjuk dari pihak laboratorium

11.  Analisis
12.  Kesimpulan

I.                   JADWAL KEGIATAN      
No
Uraian kegiatan
Bulan
1
2
3
4
5
1
  Studi literatur





2
Persiapan





3
Pengambilan bahan baku   ( Pengambilan sisa beton yang tidak terpakai )





4
Praktikum






5
Analisis





6
Penyusunan Laporan





7
Presentasi hasil









J.      RANCANGAN BIAYA
NO
URAIAN
BIAYA (Rp)
1.
Peralatan
Peralatan penghancur beton
Peralatan pengambilan sisa beton 
Laboratorium      
Peralatan laboratorium                                                                               

500.000,00
600.000,00
700.000,00
700.000,00     

Jumlah
Rp 2.500.000,00
2
Perjalanan
Transportasi pengambilan sisa beton
Transportasi lokal       

1000.000,00
500.000,00

Jumlah
Rp 1.500.000,00
3
Lain-lain
Pembuatan laporan
Administrasi
Dokumentasi
Internet
Komunikasi
Literatur
Konsumsi

100.000,00
200.000,00
100.000,00
100.000,00
 200.000,00
 300.000,00
500.000,00

d.       
Jumlah
Rp 1.500.000,00
e.        
Total
Rp 5.500.000,00

K.      DAFTAR PUSTAKA
Anonim, State of the Art Report on Fiber Reinforced Concrete (Michigan : Report ACI 544.IR-81.1982)
ASTM, Standard Spesification for Fiber-Reinforced Concrete and Shotcrete-ASTM.C.1116, Annual Books of ASTM Standard 1955:concretes and Aggregates, Vol.04.02 Contruction, Philadelphia-USA:ASTM,1955,pp.582-589
Mulyono T.,2004.Teknologi Beton, Jurnal Rekayasa dan Teknologi, Reviu TeknikVol.1.No.1.Jakarta April,2002.pp.1-10